Kisah manis Ducati ternyata tidak dirasakan pabrikan Italy lainya
Yang Kaya makin Kaya yang miskin makin miskin
Mungkin sekarang kita akrab dengan brand Ducati, Piaggio dan Aprilia. Ducati dikenal sebagai pabrikan motor besar ekslusif yang mampu merusak dominasi jepang terutama di ajang balap. Piaggio di kenal sebagai produsen motor komuter terbesar eropa. Aprilia? siapa yang tidak kenal pabrikan ini lewat aksinya di ajang balap kelas 125 dan 250cc? Tapi ternyata banyak pabrikan asal italy yang tidak seberuntung mereka bahkan kebanyakan dari mereka sudah bangkrut sebelum saya mengetahui eksistensinya berikut merupakan beberapa alasan penyebab pasang surut pabrikan italy layak nya ombak yang begitu mudahnya naik dan turun
keukeh pake mesin sendiri ujung ujungnya rugi !
1. Pabrikan kadang terlalu “naif” dan saklek pada pendirianya
Konon yang membedakan produk Italy terhadap produk jepang adalah mereka berpegang teguh pada ciri khas produk mereka, sehingga mereka memiliki ciri khas tersendiri. Namun ternyata tidak semua mampu membangung brand image dan mendapat market share yang cukup dengan hanya mengandalkan ciri khas semata.
Mahal, akibatnya sepi pembeli !
2. Memasang harga terlalu tinggi demi ekslusivitas tanpa memikirkan kondisi pasar
Mv Agusta, Benelli dan Moto Morrini bisa dijadikan contoh. Pabrikan ini memang memiliki produk dengan kwalitas yang baik serta desain yang aduhai. Namun harga yang mereka patok ternyata terlalu tinggi. Ditengah krisis global seperti saat ini dimana “value for money” adalah segalanya produk yang cuma mengandalkan desain semata praktis akan ditinggalkan.
Piaggio yang kaya raya mampu membeli brand lainya, dan ketika brand tersebut merugi ya tinggal di tutup!
3. Jurang si Kaya dan Si Miskin terlalu lebar
Bila di Jepang pertarungan antara 4 Yakuza terbilang cukup berimbang dimana Honda, Yamaha, Suzuki dan Kawasaki relatif sama sama kuat, hal yang berbeda dengan yang terjadi di Italy. Perbedaan antara pabrikan kecil dan besar begitu terasa. Dengan mudahnya pabrikan “kaya” seperti Piaggio untuk menguasai pabrikan kecil seperti Gilera, Derbi hingga Aprilia. Disaat brand tersebut tidak produktif dengan mudahnya brand induk “mematikan” brand tersebut demi effisiensi.
Pabrikan sekelas Aprilia saja sering melakukan blunder yang amat sederhana!
4. Jaringan 3s tidak memadai
Kondisi ini hampir menjadi ciri khas brand asal italy. Mereka memang membuat motor berkwalitas, namun tanpa adanya jaringan 3S yang memadai jangan harap konsumen akan hadir. Bahkan “penyakit” ini juga menjangkiti Aprilia. Jangan heran jika cuma Piaggio group dan Ducati SpA yang mampu menjual produknya di luar eropa dengan jumlah yang signifikan. Itupun mereka mengakalinya dengan membuat motor dengan parts yang lebih dari 60% identik antar line up.
Mv Agusta, keindahan tanpa diimbangi konsep yang realistis
Sepertinya cuma orang buta yang bilang kalau desain Mv Agusta itu jelek. Mulai dari Varian Brutalle hingga New Mv Agusta F4 2010 rasanya kita sepakat desain buatat Mv Agusta merupakan yang terbaik dan tak lekang dimakan jaman. Tetapi Mv Agusta memiliki masalah fatal yaitu : kesulitan mencari konsumen. Pasalnya meski berpenampilan indah, Mv Agusta dihantui isu tak sedap. Mulai dari masalah reabilitas hingga mahal dan sulitnya mendapatkan sparepart. Akibatnya kalaupun ada pembeli Mv Agusta, kebanyakan dari mereka hanya menjadikanya sebagai pajangan, tak lebih. Dan mereka yang seperti itu pun tidak banyak di dunia ini …
Pabrikan harus mandiri, jika tidak inilah akibatnya !
Dalam dua dasawarsa terakhir ini Mv Agusta hidup karena mendapat perlindungan dari Cagiva. Namun setelah tahun 2001 Cagiva sendiri seolah mati suri. Kepemilikan Mv pun berpindah layaknya bola yang di oper kesana kemari. Mulai dari Proton Malingsia, Gevi SpA hingga akhirnya berada di tangan Harley Davidson, itupun berakhir dengan keinginan Harley Davidson untuk kembali membuangnya. Padahal dahulu Mv Agusta sendiri memegang tiga brand besar eropa yaitu Cagiva, Husqvarna dan satu diantaranya kini menjadi momok menakutkan bagi segemen Superbike Jepang yaitu Ducati. Namun tanpa konsep yang jelas nama besar tersebutpun lepas. Diawali dengan Ducati yang kini mandiri, Husqvarna yang dijual ke BMW hingga Mv Agusta yang kini tidak diinginkan dengan oleh Harley Davidson. Nasib legenda pabrikan yang melambungkan nama Giacomo Agostini ini menjadi tanda tanya. Pelajaran yang bisa diambil adalah, sebuah pabrikan perlu mandiri agar mampu bertahan dari kerasnya persaingan global bukan melulu menyusu dari pabrikan lainya.
Versi Fastbike di protes, Superbike of the Year (mid) 2009 versi Indobikers di rilis! (Part 1)
Sepertinya penempatan bike of the Year yang dilakukan oleh majalah Fastbike mendapat banyak protes dari pelanggan Indobikers. Apalagi setelah beberapa merk ternama diposisikan pada posisi yang tidak semestinya. Nah karena itu Indobikers merilis ulah Superbike of the Year (mid) 2009 versi Indobikers sendiri. Kali ini tidak merujuk pada majalah Fastbike semata, melainkan juga merujuk pada majalah Superbike, Performance bike dan Testride yang dilakukan indobikers sendiri. Nagh ini dia versi superbike of the Year (mid) 2009 versi Indobikers!
MV Agusta F4 R312 – Ranking 8
Fitur Kunci : Mv Agusta merupakan sebuah karya seni tersendiri. Desain motor yang sudah berumur lebih dari 11 tahun terbukti masih lebih cantik dibanding desain motor konsep apalagi prototype sekalipun.
Positif (+) :
- Ekslusifitas Mv Agusta
- Desain buatan massimo Tamburini tidak akan pernah menjadi jadul
- Di klaim memiliki performa paling ekstrim di kelas superbike
Negatif (-) :
- Issue Reabilitas
- Absen di semua ajang balap
- Harga motor sangat mahal
- Lebih enak di pandang ketibang di kendarai
- CRC sendiri bukan merupakan perusahaan yang sehat dan berkesinambungan
- Kurang enak di sirkuit kurang nyaman di jalan raya
Kesimpulan : Sulit bagi Mv Agusta untuk bersaing secara all rounder melawan Superbike lainya. Karena untuk menjadi yang terbaik bermodalkan ekslusifitas semata rasanya belum cukup untuk menjadi yang terbaik. Performance, ergonomis dan faktor harga juga berperan di sini.
Poin : Desain : 8 / Performa : 4 / Prestise : 10 / Harga : 3 / Total : 25
KTM-RC8 R – Ranking 7
Fitur Kunci : Motor buatan Austria ini menggunakan suspensi WP yang diklaim selevel dengan suspensi Ohlins. Motor ini bermesin V2 1190cc dan bertenaga 165 hp. Menggunakan desain twin tube trellis khas motor eropa.
Positif (+)
- Soal reabilitas lebih unggul dibanding kompetitornya
- Suspensi WP merupakan fitur standar
- Desain motor unik, merupakan penyegaran tersendiri
Negatif (-)
- KTM versi jalan raya kurang dikenal ketibang versi off roadnya
- masih kurang cepat dibanding produk jepang dan kurang prestis ketibang motor italy
- Harganya terbilang sangat mahal dibanding kompetitornya
- Tenaganya paling kecil di kelasnya
Kesimpulan : Meski mendapat banyak sambutan positif di kalangan pencinta superbike nampaknya veni vidi vici belum bisa di peroleh oleh pabrikan Austria ini.
Poin : Desain : 8 / Performa : 6 / Prestis : 6 / Harga : 6 / Total 26
Kawasaki Ninja ZX 10R – Ranking 6
Fitur Kunci : nama Ninja merupakan momok tersendiri di dunia motor sport. KIMS merupakan fitur andalan produk asal Kawasaki jepang ini. Tenaga 175 hp lewat mesin inline four berwarna hitam menjadi sebuah paket standar dari motor geng hijau ini!
Positif (+)
- Paling cocok untuk dipakai harian
- Riding position di desain untuk mencegah rasa capai dan lelah
- tenaga motor paling kalem di kelasnya
Negatif (-)
- Kombinasi desain & warna monoton dan terlalu mirip dengan adik adiknya
- Kurang mantap saat digunakan di sirkuit
- Kawasaki prestasinya melempem di dalam balap Gp dan Superbike
Kesimpulan : Meski jauh lebih superior di banding motor lainya tetapi bila disandingkan dengan motor superbike lainnya Kawasaki ninja ZX-10 sulit untuk tampil dominan apalagi mundurnya Kawasaki dari arena Gp turut memperburuk keadaan.
Poin : Desain : 8 / Performa : 7 / Prestis : 5 / Harga : 8 / Total : 28
Suzuki GSXR 1000R K9 – Ranking 5
Fitur Kunci : Suzuki dinilai sebagai Mad Max nya motor jepang! Tenaga besar dengan traksi mantap menjadi andalan Gixer ini. Apalagi selama ini Gixxer memiliki tenaga top end dan top speed paling baik dikelasnya!
Positif (+)
- GSXR alias Gixer sendiri merupakan jaminan kualitas performa tersendiri
- K9 memiliki traksi paling baik apalagi mengingat K9 tidak dilengkapi traction control
- Meski memiliki tenaga besar namun mampu dijinakan dengan mudah
- Sempurna untuk digunakan di sirkuit baik oleh pro maupun amatir
- Di indonesia didukung oleh ATPM
Negatif (-)
- Desain model yang sudah sangat tua
- praktis selama 4 tahun terakhir tidak ada perubahan pada frame secara radikal
- Motor memang papan atas tapi tidak “paling” atas
- Harganya rada mahal dibanding produk lain yang lebih gress, meski masih terbilang wajar
Kesimpulan : Motor andalan Max Neukirchner ini memang yahud, bisa dibilang performanya sempurna. Tetapi desain ini sudah sangat tua bila dibandingkan produk lainya. Hanya facelift, motor dengan desain seperti ini hampir seluruhnya sudah dipensiunkan. Rasanya All new GSXR K10 sudah sangat dinantikan kehadiranya!
0 komentar:
Posting Komentar