Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

Senin, 28 Juni 2010

Kisah manis Ducati ternyata tidak dirasakan pabrikan Italy lainya

Yang Kaya makin Kaya yang miskin makin miskin

Mungkin sekarang kita akrab dengan brand Ducati, Piaggio dan Aprilia. Ducati dikenal sebagai pabrikan motor besar ekslusif yang mampu merusak dominasi jepang terutama di ajang balap. Piaggio di kenal sebagai produsen motor komuter terbesar eropa. Aprilia? siapa yang tidak kenal pabrikan ini lewat aksinya di ajang balap kelas 125 dan 250cc? Tapi ternyata banyak pabrikan asal italy yang tidak seberuntung mereka bahkan kebanyakan dari mereka sudah bangkrut sebelum saya mengetahui eksistensinya :? berikut merupakan beberapa alasan penyebab pasang surut pabrikan italy layak nya ombak yang begitu mudahnya naik dan turun

keukeh pake mesin sendiri ujung ujungnya rugi !

1. Pabrikan kadang terlalu “naif” dan saklek pada pendirianya

Konon yang membedakan produk Italy terhadap produk jepang adalah mereka berpegang teguh pada ciri khas produk mereka, sehingga mereka memiliki ciri khas tersendiri. Namun ternyata tidak semua mampu membangung brand image dan mendapat market share yang cukup dengan hanya mengandalkan ciri khas semata.

Mahal, akibatnya sepi pembeli !

2. Memasang harga terlalu tinggi demi ekslusivitas tanpa memikirkan kondisi pasar

Mv Agusta, Benelli dan Moto Morrini bisa dijadikan contoh. Pabrikan ini memang memiliki produk dengan kwalitas yang baik serta desain yang aduhai. Namun harga yang mereka patok ternyata terlalu tinggi. Ditengah krisis global seperti saat ini dimana “value for money” adalah segalanya produk yang cuma mengandalkan desain semata praktis akan ditinggalkan.

Piaggio yang kaya raya mampu membeli brand lainya, dan ketika brand tersebut merugi ya tinggal di tutup!

3. Jurang si Kaya dan Si Miskin terlalu lebar

Bila di Jepang pertarungan antara 4 Yakuza terbilang cukup berimbang dimana Honda, Yamaha, Suzuki dan Kawasaki relatif sama sama kuat, hal yang berbeda dengan yang terjadi di Italy. Perbedaan antara pabrikan kecil dan besar begitu terasa. Dengan mudahnya pabrikan “kaya” seperti Piaggio untuk menguasai pabrikan kecil seperti Gilera, Derbi hingga Aprilia. Disaat brand tersebut tidak produktif dengan mudahnya brand induk “mematikan” brand tersebut demi effisiensi.

Pabrikan sekelas Aprilia saja sering melakukan blunder yang amat sederhana!

4. Jaringan 3s tidak memadai

Kondisi ini hampir menjadi ciri khas brand asal italy. Mereka memang membuat motor berkwalitas, namun tanpa adanya jaringan 3S yang memadai jangan harap konsumen akan hadir. Bahkan “penyakit” ini juga menjangkiti Aprilia. Jangan heran jika cuma Piaggio group dan Ducati SpA yang mampu menjual produknya di luar eropa dengan jumlah yang signifikan. Itupun mereka mengakalinya dengan membuat motor dengan parts yang lebih dari 60% identik antar line up.


05
Des
09

Mv Agusta … Akibat konsep tak jelas … Harley Davidson pun nyerah …

Mv Agusta, keindahan tanpa diimbangi konsep yang realistis

Sepertinya cuma orang buta yang bilang kalau desain Mv Agusta itu jelek. Mulai dari Varian Brutalle hingga New Mv Agusta F4 2010 rasanya kita sepakat desain buatat Mv Agusta merupakan yang terbaik dan tak lekang dimakan jaman. Tetapi Mv Agusta memiliki masalah fatal yaitu : kesulitan mencari konsumen. Pasalnya meski berpenampilan indah, Mv Agusta dihantui isu tak sedap. Mulai dari masalah reabilitas hingga mahal dan sulitnya mendapatkan sparepart. Akibatnya kalaupun ada pembeli Mv Agusta, kebanyakan dari mereka hanya menjadikanya sebagai pajangan, tak lebih. Dan mereka yang seperti itu pun tidak banyak di dunia ini …

Pabrikan harus mandiri, jika tidak inilah akibatnya !

Dalam dua dasawarsa terakhir ini Mv Agusta hidup karena mendapat perlindungan dari Cagiva. Namun setelah tahun 2001 Cagiva sendiri seolah mati suri. Kepemilikan Mv pun berpindah layaknya bola yang di oper kesana kemari. Mulai dari Proton Malingsia, Gevi SpA hingga akhirnya berada di tangan Harley Davidson, itupun berakhir dengan keinginan Harley Davidson untuk kembali membuangnya. Padahal dahulu Mv Agusta sendiri memegang tiga brand besar eropa yaitu Cagiva, Husqvarna dan satu diantaranya kini menjadi momok menakutkan bagi segemen Superbike Jepang yaitu Ducati. Namun tanpa konsep yang jelas nama besar tersebutpun lepas. Diawali dengan Ducati yang kini mandiri, Husqvarna yang dijual ke BMW hingga Mv Agusta yang kini tidak diinginkan dengan oleh Harley Davidson. Nasib legenda pabrikan yang melambungkan nama Giacomo Agostini ini menjadi tanda tanya. Pelajaran yang bisa diambil adalah, sebuah pabrikan perlu mandiri agar mampu bertahan dari kerasnya persaingan global bukan melulu menyusu dari pabrikan lainya.

06
Nov
09

New MV Agusta F4

2061jq1

Dulu bulat, sekarang kotak.,nggak banyak berubah , wajar soalnya sampai saat ini desain F4 tidak ada tandinganya!

Mv Agusta F4 – Lebih cocok disebut facelift besar-besaran

Setelah bertahan selama 12 tahun, akhirnya Mv Agusta meluncurkan suksesornya. Ketibang melakukan perubahan total seperti yang dilakukan Ducati terhadap 999 nya, Mv Agusta terlihat lebih memilih melakukan “Facelift” besar besaran. Dikatakan demikian karena desain Mv Agusta F4 sekarang yang merupakan rancangan Massimo Tamburini (juga perancang Ducati 916) masih terlihat terlalu indah untuk diganti. Ketibang mengambil resiko dan gagal seperti yang dilakukan Ducati dengan 999 nya dan kembali ke basis rancangan Tamburini (1098 mengambil basis 916) Mv Agusta bermain aman dengan “hanya” memperindah desain F4 yang memang sudah indah menjadi tidak saja lebih indah tetapi juga gagah.

2myakix

Basis desain Mv Agusta F4 rancangan Tamburini tidak hilang … terlalu indah untuk diganti

Karya seni yang bisa menelurkan 186 hp

Yang membedakan Mv Agusta dengan Ducati adalah filosofi yang dianut. Jika Ducati lebih berorientasi track alias balapan. Mv Agusta lebih mengedepankan faktor keindahan, estetika dan tentunya tetap memiliki performa ekstrim. Mv Agusta F4 ini mampu menelurkan tenaga 186 hp lewat mesin 998cc inline nya. Kendati dikenal memiliki reabilitas yang buruk bila digunakan harian namun hal ini sama sekali bukan masalah. Pasalnya cuma kalangan the “haves” yang mampu membeli produk ini, sehingga mereka yang memiliki Mv Agusta umumnya beraktifitias menggunakan mobil dan chauffeur. Lagi pula Mv Agusta F4 bukan dirancang untuk kebut2an disirkuit layaknya 1198S ataupun RSV4 tetapi lebih untuk diajak bersantai di cafe-cafe elite dibilangan Southbank ataupun Beverly Hills. Sebagai perbandingan bila Ducati bermain di kisaran 400-600 juta an, maka Mv agusta F4 akan bermain di angka 750-800 juta an. Berminat ?

22
Mei
09

Versi Fastbike di protes, Superbike of the Year (mid) 2009 versi Indobikers di rilis! (Part 1)

Sepertinya penempatan bike of the Year yang dilakukan oleh majalah Fastbike mendapat banyak protes dari pelanggan Indobikers. Apalagi setelah beberapa merk ternama diposisikan pada posisi yang tidak semestinya. Nah karena itu Indobikers merilis ulah Superbike of the Year (mid) 2009 versi Indobikers sendiri. Kali ini tidak merujuk pada majalah Fastbike semata, melainkan juga merujuk pada majalah Superbike, Performance bike dan Testride yang dilakukan indobikers sendiri. Nagh ini dia versi superbike of the Year (mid) 2009 versi Indobikers!

MV Agusta  F4R 312

MV Agusta F4 R312 – Ranking 8

Fitur Kunci : Mv Agusta merupakan sebuah karya seni tersendiri. Desain motor yang sudah berumur lebih dari 11 tahun terbukti masih lebih cantik dibanding desain motor konsep apalagi prototype sekalipun.

Positif (+) :

  • Ekslusifitas Mv Agusta
  • Desain buatan massimo Tamburini tidak akan pernah menjadi jadul
  • Di klaim memiliki performa paling ekstrim di kelas superbike

Negatif (-) :

  • Issue Reabilitas
  • Absen di semua ajang balap
  • Harga motor sangat mahal
  • Lebih enak di pandang ketibang di kendarai
  • CRC sendiri bukan merupakan perusahaan yang sehat dan berkesinambungan
  • Kurang enak di sirkuit kurang nyaman di jalan raya

Kesimpulan : Sulit bagi Mv Agusta untuk bersaing secara all rounder melawan Superbike lainya. Karena untuk menjadi yang terbaik bermodalkan ekslusifitas semata rasanya belum cukup untuk menjadi yang terbaik. Performance, ergonomis dan faktor harga juga berperan di sini.

Poin : Desain : 8 / Performa : 4 / Prestise : 10 / Harga : 3 / Total : 25

Ktm RC8R

KTM-RC8 R – Ranking 7

Fitur Kunci : Motor buatan Austria ini menggunakan suspensi WP yang diklaim selevel dengan suspensi Ohlins. Motor ini bermesin V2 1190cc dan bertenaga 165 hp. Menggunakan desain twin tube trellis khas motor eropa.

Positif (+)

  • Soal reabilitas lebih unggul dibanding kompetitornya
  • Suspensi WP merupakan fitur standar
  • Desain motor unik, merupakan penyegaran tersendiri

Negatif (-)

  • KTM versi jalan raya kurang dikenal ketibang versi off roadnya
  • masih kurang cepat dibanding produk jepang dan kurang prestis ketibang motor italy
  • Harganya terbilang sangat mahal dibanding kompetitornya
  • Tenaganya paling kecil di kelasnya

Kesimpulan : Meski mendapat banyak sambutan positif di kalangan pencinta superbike nampaknya veni vidi vici belum bisa di peroleh oleh pabrikan Austria ini.

Poin : Desain : 8 / Performa : 6 / Prestis : 6 / Harga : 6 / Total 26

kawasaki-ninja-zx-10r

Kawasaki Ninja ZX 10R – Ranking 6

Fitur Kunci : nama Ninja merupakan momok tersendiri di dunia motor sport. KIMS merupakan fitur andalan produk asal Kawasaki jepang ini. Tenaga 175 hp lewat mesin inline four berwarna hitam menjadi sebuah paket standar dari motor geng hijau ini!

Positif (+)

  • Paling cocok untuk dipakai harian
  • Riding position di desain untuk mencegah rasa capai dan lelah
  • tenaga motor paling kalem di kelasnya

Negatif (-)

  • Kombinasi desain & warna monoton dan terlalu mirip dengan adik adiknya
  • Kurang mantap saat digunakan di sirkuit
  • Kawasaki prestasinya melempem di dalam balap Gp dan Superbike

Kesimpulan : Meski jauh lebih superior di banding motor lainya tetapi bila disandingkan dengan motor superbike lainnya Kawasaki ninja ZX-10 sulit untuk tampil dominan apalagi mundurnya Kawasaki dari arena Gp turut memperburuk keadaan.

Poin : Desain : 8 / Performa : 7 / Prestis : 5 / Harga : 8 / Total : 28

Suzuki GSX-R1000 K9

Suzuki GSXR 1000R K9 – Ranking 5

Fitur Kunci : Suzuki dinilai sebagai Mad Max nya motor jepang! Tenaga besar dengan traksi mantap menjadi andalan Gixer ini. Apalagi selama ini Gixxer memiliki tenaga top end dan top speed paling baik dikelasnya!

Positif (+)

  • GSXR alias Gixer sendiri merupakan jaminan kualitas performa tersendiri
  • K9 memiliki traksi paling baik apalagi mengingat K9 tidak dilengkapi traction control
  • Meski memiliki tenaga besar namun mampu dijinakan dengan mudah
  • Sempurna untuk digunakan di sirkuit baik oleh pro maupun amatir
  • Di indonesia didukung oleh ATPM

Negatif (-)

  • Desain model yang sudah sangat tua
  • praktis selama 4 tahun terakhir tidak ada perubahan pada frame secara radikal
  • Motor memang papan atas tapi tidak “paling” atas
  • Harganya rada mahal dibanding produk lain yang lebih gress, meski masih terbilang wajar

Kesimpulan : Motor andalan Max Neukirchner ini memang yahud, bisa dibilang performanya sempurna. Tetapi desain ini sudah sangat tua bila dibandingkan produk lainya. Hanya facelift, motor dengan desain seperti ini hampir seluruhnya sudah dipensiunkan. Rasanya All new GSXR K10 sudah sangat dinantikan kehadiranya!



Sejarah Vespa Sang Legendaris

Posted by Pey on May 2, 2010

ASAL MULA
vespa dimulai lebih dari seabad silam, tepatnya 1884. Perusahaan Piaggio didirikan di Genoa, Italia pada tahun 1884 oleh Rinaldo Piaggio. Bisnis Rinaldo dimulai peralatan kapal. Tapi di akhir abad, Piaggio juga memproduksi Rel Kereta, Gerbong Kereta, body Truck, Mesin dan Kereta api. Pada Perang Dunia I, perusahaannya memproduksi Pesawat Terbang dan Kapal Laut. Pada tahun 1917 Piaggio membeli pabrik baru di Pisa dan 4 tahun kemudian Rinaldo mengambil alih sebuah pabrik kecil di Pontedera di daerah Tuscany Italia. Pabrik di Pontedera inilah yang mana menjadi Pusat produksi pesawat terbang beserta komponen-komponennya (baling-baling, Mesin dan Pesawat) Selama Perang Dunia II, pabrik di Pontedera membuat P108 untuk mesin Pesawat dua penumpang dan Versi Pembom.


Lahir Kembali

Pada akhir Perang Dunia II, pabrik Piaggio dibom oleh pesawat sekutu. Setelah perang usai, Enrico Piaggio mengambil alih Piaggio dari ayahnya (Rinaldo Piaggio). Pada saat itu perekonomian Italia sedang memburuk, Enrico memutuskan untuk mendisain alat transportasi yang murah. Enrico memutuskan untuk fokuskan perhatian perusahaannya pada masalah personal Mobility yg dibutuhkan masyarakat Italia. Kemudian bergabunglah Corradino D’Ascanio, Insinyur bidang penerbangan yang berbakat yang merancang, mengkonsep dan menerbangkan Helikopter Modern Pertamanya Piaggio. D’Ascanio membuat rancangan yang simple,ekonomis, nyaman dan juga elegan. D’Ascanio memimpikan sebuah revolusi kendaraan baru. Dengan mengambil gambaran dari tehnologi pesawat terbang, dia membayangkan sebuah kendaraan yang dibangun dengan sebuah “Monocoque” atau Unibody Steel Chassis. Garpu depan seperti Ban mendarat sebuah pesawat yang mana mudah untuk penggantian ban. Hasilnya sebuah design yg terinspirasi dari pesawat yang yang sampai saat ini berbeda dengan kendaraan yang lain.

Maka pada 1945, konstruksi alternatif tersebut ditemukan. Awalnya memang sebuah konsep sepeda motor berkerangka besi dengan lekuk membulat bagai terowong. Mengejutkan, ternyata bagian staternya dirancang dengan menggunakan komponen bom dan rodanya diambil dari roda pesawat tempur.

Guna mengoptimalkan bentuk dan keamanan penggunanya, pabrikan yang kala itu masih terbilang sebagai usaha ”kaki lima” merancang papan penutup kaki pada bagian depan. Proyek ini langsung dipimpin oleh Corradino d’Ascanio. Karena itu, hak paten pun segera dapat mereka kantongi.

Hasilnya, muncullah pertama kali produk motor dengan seri MP5. Kendaraan ini berteknologi sederhana tetapi punya bentuk yang amat menarik, bagai binatang penyengat (lebah/tawon) karena bentuk kerangkanya.

Namun, karena bentuk penutup pengaman yang bagai papan selancar itu, sejumlah pekerja di pabrik Piaggio pun bahkan mengatakannya sebagai motor Paperino. Harap diingat, Paperino adalah sindiran sinis untuk tokoh Donald Duck (bebek). Maka, d’Ascanio pun putar akal untuk memperbaiki model tersebut.

D’ascanio hanya membutuhkan beberapa hari untuk mengonsep ulang bentuk desain kendaraannya dan prototipnya diberi nama MP6. Saat Enrico Piaggio melihat protototip MP6 itu, ia secara tak sengaja berseru “Sambra Una Vespa” (terlihat seperti Tawon). Akhirnya dari seruan tak sengaja itu, diputuskan kendaraan ini dinamakan ‘Vespa’ (tawon dalam bahasa Indonesia). Pada April 1946, prototip MP6 ini mulai diproduksi masal di pabrik Piaggio di Pontedera, Italia.

Pada Akhir 1949, telah di produksi 35000 unit dan dalam 10 tahun telah memproduksi 1 Juta unit dan pada pertengahan tahun 1950. Selama tahun 1960-an dan 1970-an Vespa menjadi simbol dari revolusi gagasan pada waktu itu.

Perkembangan selanjutnya, produk ini ternyata laris diserap pasar Prancis, Inggris, Belgia, Spanyol, Brazil, dan India — selain di pasar domestik produk ini laku bagai kacang goreng. Selain itu, India pun memproduksi jenis dan bentuk yang sama dengan mengambil mesin Bajaj. Jenisnya adalah Bajaj Deluxe dan Bajaj Super. Sejumlah pihak lantas mengajukan lamaran untuk joint membuat Vespa. Maka pada 1950 munculah Vespa 125 cc buatan Jerman.
Pada saat itu banyak negara lain yang mencoba membuat produk serupa, tetapi ternyata mereka tak sedikit pun mampu menyaingi Piaggio. Di antara pesaing itu adalah Lambretta, Heinkel, Zundapp, dan NSU. Bagi masyarakat Indonesia, produk Lambretta dan Zundapp, sempat populer di era 1960-an.

Selidik punya selidik, fanatisme terhadap Vespa ternyata muncul akibat ciri dasar bentuk motor ini yang selalu dipertahankan pada setiap produk berikutnya. Bahkan saat mereka terbilang melakukan ”revolusi” bentuk pada produk baru, Vespa 150 GS, kekhasan pantat bahenol masih terasa melekat.

Produk 150 GS — kala itu dikenal sebagai Vespamore dan hampir selalu tampil di tiap film tahun 1960-an — memang kemudi dan lampu sorotnya mulai dibuat menyatu. Tetapi, secara keseluruhan apalagi bentuk pantatnya, benar-benar masih membulat. Dan cerita terus berlanjut saat ini dengan model generasi baru Vespa, mempersembahkan Vespa ET2, Vespa ET4, Vespa Granturismo dan Vespa PX150. Vespa bukan hanya sekedar Scooter tapi salah satu Icon besar orang Italia.

Sejarah Vespa di Indonesia

“Demam Vespa” di tanah air sangat di pengaruhi oleh “Vespa Congo”. Vespa diberikan sebagai Penghargaan oleh Pemerintah Indonesia terhadap Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia yang bertugas di Congo saat itu.

Menurut beberapa narasumber, setelah banyak Vespa Congo berkeliaran di jalanan, mulailah Vespa menjadi salah satu pilihan kendaraan roda dua di Indonesia. Importir lokal turut mendukung perkembangan Vespa di tanah air.

Sampai saat ini sudah puluhan varian Vespa yang mampir di Indonesia. Dari yang paling tua hingga yang paling baru ada di Indonesia. Sampai saat ini Indonesia mungkin masih bisa disebut sebagai surganya Vespa. Maraknya ekspor Vespa, sedikit banyak mengurangi populasi Vespa di Indonesia.

indoscooters.tk